Gawai Bekas
Gawai Bekas
Oleh: Siti Nurlatifah
Awalnya aku mendapakan informasi tentang group menulis. Bahasa kerennya sebuah komunitas literasi dari teman. Aku mencoba bergabung dan mengirimkan sebuah tulisan hanya dengan modal nekad. Terlepas sesuai dengan kaidah penulisan atau tidak. Toh nanti juga ada tim editor yang akan memperbaiki tulisanku.
Seiring berjalannya waktu, aku terus mengikuti alur dan perkembangan di komunitas tersebut. Banyak ilmu dan pengalaman yang aku dapatkan dari para senior. Semakin hari semakin banyak kelas online yang dibuka. Akupun mencoba mengikutinya hingga akhirnya terbitlah buku antologi cerpen "Guru di Ladang Ilmu". Begitu senangnya ketika ada namaku di buku itu. Seorang gadis desa dari perantauan namanya terukir di sebuah buku. Sejak saat itulah, aku merasakan aura positif. Setiap ada kelas online baru, aku langsung gabung. Berharap bisa menyerap ilmu dari para senior. Alhasil gawaiku eror dan hang karena terlalu berat. "Waduh, kenapa ini gawai tiba-tiba mati?" gumamku.
Hingga tiga hari gawai tak bisa digunakan. Resah, galau, dan panik itu pasti. Akhirnya aku mencoba izin suami untuk minta dibelikan gawai baru. Aku katakan padanya kalau aku ingin menjadi seorang penulis tapi tak punya media untuk belajar. Dengan ekspresi datar suamiku mengangguk tanda setuju akan membelikan aku gawai baru. Betapa senangnya hati saat itu, terbayang gawai baru. Namun, tiba-tiba suami datang dengan memberikan gawainya sementara dia yang beli gawai baru. "Yah ... dapat bekas deh!" gumamku sambil cemberut.
Subang, 27 Juni 2020
Profil penulis
Siti Nurlatifah
Blog:https://latifahzaeni.blogspot.com
Fb:Latifah Zaeni
Email: nurlatifahelfaza09@gmail.com
hahaha.... lucu bu ceritanya, sederhana tapi mantul
BalasHapus😊😊😊😊
HapusPertigrafer 👍
BalasHapus😊😊😊
HapusSalam Literasi www.sarastiana.com
BalasHapusSalam literasi juga pak😊🙏
BalasHapusWalaupun bekas yang penting manfaat ya
BalasHapusHehe, iya bu😊
HapusLuar biasa ƙaryanya
BalasHapusRajin ibu. Mantap
BalasHapus